WELCOME TO LuKiViKy`s WoRLd !!!!!!!

Mencoba Untuk Menulis,,Mengungkapkan Isi Hati n Pikiran,,, so,, Have Fun With This By Reading,,Sharing,,n Giving Advices or Comments.. DANKE...THANK YOU!!!

Selasa, 19 Oktober 2010

Pengaruh Lingkungan terhadap perilaku konsumen

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
A. Definisi Nilai
• Keyakinan yang bertahan bahwa cara bertingkah laku tertentu atau keberadaan tertentu lebih baik daripada yang lainnya.
• Prinsip, standar atau mutu yang dianggap berfaedah atau yang diinginkan sekali.
Nilai biasanya mendorong tingkah laku dan berkaitan langsung dengan kepuasan atau pemenuhan hidup atau kerja. Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
B. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Koentjaraningrat mendefinsikannya sebagai seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakal kepada nalurinya dan hanya dicetuskan oelh manusia sesudah proses belajar.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Budaya melahirkan suatu kebudayaan yang seringkali dianut oleh masyarakat yang menghormati budaya. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
C. ETNIS
Pada awalnya istilah etnis hanya digunakan untuk suku-suku tertentu yang dianggap bukan asli Indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka benar-benar khas.
Misalnya etnik Cina, etnik Arab, dan etnik Tamil-India. Perkembangan belakangan, istilah etnik juga dipakai sebagai sinonim dari kata suku pada suku-suku yang dianggap asli Indonesia. Misalnya etnik Bugis, etnik Minang, etnik Dairi-Pakpak, etnik Dani, etnik Sasak, dan ratusan etnik lainnya.
Malahan akhir-akhir ini istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan keprimitifan (suku dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai ‘tribe’), sedangkan istilah etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk pada pengertian kelompok orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok.
Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), sistem adat, tradisi, bahasa.
Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya.
Definisi etnik diatas menjelaskan pembatasan-pembatasan kelompok etnik yang didasarkan pada populasi tersendiri, terpisah dari kelompok lain, dan menempati lingkungan geografis tersendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Seperti misalnya, etnik Minang menempati wilayah geografis pulau Sumatera bagian barat yang menjadi wilayah provinsi Sumatera Barat saat ini dan beberapa daerah pengaruh di provinsi sekitar.
D. Budaya Konsumtif
Globalisasi saat ini ditandai dengan perluasan dan integrasi pasar antar negara-negara maju, negara-negara sedang berkembang, dan antar keduanya. Pusat kebudayaan dunia berada di negara-negara industri yang memproduksi baik barang-barang, jasa-jasa, maupun simbol-simbol modernitas yang kemudian dikomsumsi secara global oleh seluruh penduduk dunia melalui komoditisasi dalam kemasan-kemasan budaya.
Perluasan pasar tidak akan berhasil seandainya tidak ada perubahan nilai-nilai secara global yang menjadi tiang penyangga budaya konsumen “consumer culture”. Fenomena ini bertujuan agar produk-produk industri dapat dengan cepat laku dan dikomsumsi secara massal, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang.
Sebagai contoh, perkembangan barang-barang dari luar negeri yang ada di Indonesia saat ini semakin marak, ditambah lagi dengan banyaknya pusat perbelanjaan yang bertaraf Internasional, hal tersebut sudah pasti memicu tingkat konsumtif dari para konsumen semakin tinggi. Gaya hidup dengan orientasi barat mendapat keleluasaan gerak setelah orde sebelumnya, yakni Orde Lama, tumbang. Anak-anak muda mulai memakai barang- barang dari mulai pakaian, aksesori, maupun sepatu dengan merk terkenal yang pada umumnya harganya sangat tinggi.
Dapat diamati pada satu sisi globalisasi secara konkret telah menciptakan kelimpahan material, sedangkan pada sisi lain menciptakan penduniaan budaya konsumtif yang mengancam peradaban manusia. Budaya konsumtif dikemas dalam gaya hidup internasional dan merupakan simbol modernitas dan instant.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar